Wanita lanjut usia, Alce Rorong (76), masuk daftar penerima BLSM yang dilaksanakan di SDN 88 Kombos, Manado. Dia sesungguhnya berat hati saat mengambil uang BLSM senilai Rp 300 ribu. Apalagi delapan anaknya yang sudah bekerja mampu memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Tak hanya itu, Alce pun rutin menerima uang pensiunan almarhum suaminya Rp 1,3 juta per bulan. "Saya bilang kepada mama (Alce Rorong) kalau mama tidak pantas menerima BLSM ini. Lebih baik berikan kepada mereka yang benar-benar membutuhkan," kata Ani Madea, anak Alce Rorong, saat ditemui di kediamannya, Selasa (2/7/2013) kemarin.
Benar saja, setelah menerima BLSM, Ani dan ibunya langsung berkoordinasi dengan kepala lingkungan I Cornelia Samuri untuk menanyakan apakah bantuan tersebut bisa diberikan kepada mereka yang benar-benar membutuhkan.
"Dengan ikhlas kami berikan kepada Alfred Takakobi (66) dan Istri Conerlia Yanis (60) serta saudara mereka Yohana Yanis (74). Mereka merupakan tetangga kami dan kondisi mereka sangat memprihatinkan. Ibu Cornelia sudah puluhan tahun menderita penyakit stroke sedangkan Yohana menumpang di rumah sanak saudaranya," tutur Ani didampingi ibunya Alce Rorong.
Menurut Ani, mereka sempat kaget kala mengetahui orangtua mereka menerima bantuan tersebut. Maklum saat sensus tahun 2010 ibunya seorang diri menerima petugas sensus di rumah.
"Kami sempat malu saat mengambil bantuan tersebut karena kami mampu dan belum layak menerima BLSM," katanya.
Alce Rorong alias Oma Alce yang merayakan hari ulang tahunnya ke-76, Selasa (2/7/2013), mengaku ikhlas memberikan bantuan BLSM kepada mereka yang lebih berhak menerima. "Saya beri karena memang mereka sangat susah. Istrinya menderita stroke dan suaminya tidak punya pekerjaan tetap," kata Alce.
Alfred Takakobi (66) dan istrinya Conelia Yanis (60) yang menerima uang BLSM dari Alce Rorong mengaku sangat senang. "Senang sekali bisa menerima uang ini," kata Alfred saat mendampingi istrinya yang menderita stroke.
Dikatakannya, kebutuhan mereka setiap hari bergantung dari penghasilan anaknya yang bekerja sebagai cleaning service di Rumah Sakit Siloam Manado. "Kalau tidak ada dia mungkin kami berdua sudah mati," kata Alfred sambil menatap sang istri yang hanya diam membisu.
Alfred memiliki niat untuk bekerja, tetapi waktunya tersita untuk merawat sang istri yang sudah hampir 10 tahun menderita stroke. "Apa mau dikata, bagaimana mau bekerja sementara saya harus merawat dan mengurus istri saya? Mulai dari menidurkan, membangunkan hingga memberi dia makan," tuturnya.
Tak hanya itu, Alce pun rutin menerima uang pensiunan almarhum suaminya Rp 1,3 juta per bulan. "Saya bilang kepada mama (Alce Rorong) kalau mama tidak pantas menerima BLSM ini. Lebih baik berikan kepada mereka yang benar-benar membutuhkan," kata Ani Madea, anak Alce Rorong, saat ditemui di kediamannya, Selasa (2/7/2013) kemarin.
Benar saja, setelah menerima BLSM, Ani dan ibunya langsung berkoordinasi dengan kepala lingkungan I Cornelia Samuri untuk menanyakan apakah bantuan tersebut bisa diberikan kepada mereka yang benar-benar membutuhkan.
"Dengan ikhlas kami berikan kepada Alfred Takakobi (66) dan Istri Conerlia Yanis (60) serta saudara mereka Yohana Yanis (74). Mereka merupakan tetangga kami dan kondisi mereka sangat memprihatinkan. Ibu Cornelia sudah puluhan tahun menderita penyakit stroke sedangkan Yohana menumpang di rumah sanak saudaranya," tutur Ani didampingi ibunya Alce Rorong.
Menurut Ani, mereka sempat kaget kala mengetahui orangtua mereka menerima bantuan tersebut. Maklum saat sensus tahun 2010 ibunya seorang diri menerima petugas sensus di rumah.
"Kami sempat malu saat mengambil bantuan tersebut karena kami mampu dan belum layak menerima BLSM," katanya.
Alce Rorong alias Oma Alce yang merayakan hari ulang tahunnya ke-76, Selasa (2/7/2013), mengaku ikhlas memberikan bantuan BLSM kepada mereka yang lebih berhak menerima. "Saya beri karena memang mereka sangat susah. Istrinya menderita stroke dan suaminya tidak punya pekerjaan tetap," kata Alce.
Alfred Takakobi (66) dan istrinya Conelia Yanis (60) yang menerima uang BLSM dari Alce Rorong mengaku sangat senang. "Senang sekali bisa menerima uang ini," kata Alfred saat mendampingi istrinya yang menderita stroke.
Dikatakannya, kebutuhan mereka setiap hari bergantung dari penghasilan anaknya yang bekerja sebagai cleaning service di Rumah Sakit Siloam Manado. "Kalau tidak ada dia mungkin kami berdua sudah mati," kata Alfred sambil menatap sang istri yang hanya diam membisu.
Alfred memiliki niat untuk bekerja, tetapi waktunya tersita untuk merawat sang istri yang sudah hampir 10 tahun menderita stroke. "Apa mau dikata, bagaimana mau bekerja sementara saya harus merawat dan mengurus istri saya? Mulai dari menidurkan, membangunkan hingga memberi dia makan," tuturnya.
Dia mengakui tidak memiliki pekerjaan tetap. "Uang yang kami terima (dari Oma Alce) ini akan digunakan untuk beli pampers (popok) dan obat karena istri saya berkerinduan besar untuk sembuh," tandasnya.
Selain Oma Alce, ada Vernne Teddy Adroit Pamikiran, warga kelurahan Kombos Timur yang memberi bantuan BLSM kepada orang lain karena dia menilai ada orang yang lebih layak menerima daripada dirinya.
Selain Oma Alce, ada Vernne Teddy Adroit Pamikiran, warga kelurahan Kombos Timur yang memberi bantuan BLSM kepada orang lain karena dia menilai ada orang yang lebih layak menerima daripada dirinya.
"Saat tiba di rumah saya bilang kepada istri masih ada yang lebih layak menerima. Saya koordinasi dengan kepala lingkungan dan langsung serahkan kepada warga yang kurang mampu yakni Perjuangan Paraeng," kata Teddy di kediamannya.
Pria yang berstatus PNS di lingkungan Pemprov Sulut ini sejak awal tidak berharap menerima BLSM. "Memang siapa yang tidak ingin uang? Waktu disensus saya belum diterima sebagai PNS. Kalau sekarang kita terimamalu-maluin saja," tandasnya.
0 komentar:
Posting Komentar